Senin, 19 Oktober 2015

Bersepeda Menuju Sang Bunda

Ada kerinduan yang begitu besar bagi umat Katolik untuk semakin mendekatkan diri pada Bunda Maria khususnya pada bulan Oktober dan Mei. Jumlah umat yang datang untuk berziarah ke Gua Maria juga semakin banyak.  Meningkatnya peziarah yang datang untuk berdoa kepada Bunda memperlihatkan bahwa Bunda Maria memiliki pengaruh yang amat besar dalam doa-doa. Para peziarah datang dari beragam latar belakang status sosial dan daerah yang berbeda. Mereka sengaja meluangakn waktunya untuk datang di hadapan sang Bunda. 

Kiranya banyak intensi dan ujud-ujud pribadi yang hendak disampaikan ke hadapan Bunda Maria. Peran Bunda Maria sangatlah besar sebagai Bunda pengatara doa-doa umat beriman kepada Yesus putraNya. Adanya perjumpaan diantara  peziarah yang hadir dengan Sang Bunda semakin menyatukan iman akan Yesus Kristus putranya. Bahkan bukan hanya umat Katolik yang datang, mereka yang beragama lain mengatakan bahwa merasakan ketenangan dan kedamaian saat berdoa di Gua Maria. Dengan kata lain, Maria adalah bunda bagi semua umat beriman.

Berziarah di hadapan Sang Bunda juga yang dilakukan oleh Komunitas Skolastikat SCJ Yogyakarta. Para Dehonian ini berziarah dengan bersepeda menuju Gua Maria Wahyu IbuKu Giri Wening, Sengon Kerep, Gunung Kidul, Yogyakarta. Tepatnya pada hari Selasa-Rabu, 13-14 Oktober. Sebanyak 42 Frater SCJ, satu Seminaris dari Seminari Menengah Petrus Kanisius Mertoyudan dan seorang pemuda berkebangsaan Perancis mengikuti aksi ziarah bersepeda. Jarak yang ditempuh dalam peziarahan kali ini sejauh 40 Km dalam waktu tiga jam. Tujuan dari ziarah bersepeda ini, ingin meneladani Bunda Maria sebagai Bunda pelindung calon Imam dan para Imam yang senantiasa taat dan setia pada kehendak Bapa dan mendoakan intensi pribadi dari masing-masing frater.
 
Tepat pukul 15.00 Wib, rombongan mulai berangkat dari Skolastikat SCJ. Seebelum berangkat, para frater berdoa bersama guna memohon berkat dari sang Bunda semoga diberkati dan selamat sampai tujuan. Rombongan dibagi dalam tiga kelompok, agar memudahkan dalam mengontrol setiap anggota kelompok. Setiap kelompk dibekali dengan Handphone dan HT agar memudahkan dalam berkomunikasi seandainya memerlukan pertolongan kelompok lain. Sikap solidaritas juga di perlihatkan saat sepeda dari anggota kelompok yang mengalami permasalahan.  

Setiba di Candi Prambanan, para frater melepas lelah dan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Tak terasa, sudah dua setengah jam melewati pemukiman penduduk. Medan yang dilalui semakin berat, sehingga rombongan harus menuntun sepedanya masing-masing dan beriringan menuju kompleks Gua Maria Giri Wening.
 
Dengan sekuat tenaga, para frater melakukan aksi jalan salib dengan menggunakan rute yang telah disepakati bersama. Keesokan harinya, tiap-tiap kelompok berkumpul bersama untuk berefleksi. “Dalam perjalan ziarah kali ini, saya membawa misi khusus yakni berdoa bagi kesembuhan ibu dan kelancaran studi sebagai tugas perutusan yang saat ini sedang saya jalani,” ungkap Fr. Joko SCJ. Lain halnya dengan Fr. Aris SCJ yang mengungkapkan “bahwa perjalanan dalam ziarah ini memang tidak selamanya mudah. Tak jarang kita juga menjumpai batuan yang terjal, penuh liku dan mendaki. Namun itulah dinamika yang harus dijalani untuk mencapai suatu tujuan. Dibutuhkan suatu ketekunan dan penyerahan diri kepada Allah agar senantiasa menguatkan dan membimbing langkah perjalanan panggilan kita.”

 Sebelum mengakhiri aksi ziarah ini, para frater berdoa Rosario dan merayakan perayaan ekaristi di pelataran Gua Maria Giri Wening. Perayaan ekaristi dipimpin oleh Rm. Y.G. Marwoto SCJ dan Rm. Ari Wardana SCJ. Dalam homilinya, Rm. Marwoto SCJ menyampaikan pesan agar tidak menjadi orang yang munafik dan cepat menghakimi sesama tanpa sebab yang pasti seturut dengan bacaan Injil hari yang bersangkutan. Beliau juga menambahkansebagai orang yang terpangil kita senantiasa mesti bersukacita dalam menjalani panggilan sebagai pelayan Tuhan walau terkadang perjalanannya tidak selalu mudah dan banyak proses yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan” .  

“Aksi ziarah seperti ini baik untuk diteruskan saat bulan Oktober atau Mei, sebab banyak nilai yang dapat dipetik dan dimaknai dalam perjalanan serta mempererat hubungan kekeluarga sebagai Dehonian muda. Dalam perjalan kita juga diajarkan untuk sabar dan tidak egois kepada sesame. Sealin itu kita juga menjadi lebih mengenal karakter konfrater kita,” harap Fr. Agustinus Trianto SCJ. 

dilaporkan oleh: Fr. Leo Maxi SCJ