Senin, 03 Agustus 2015

Lepaskan Takutmu, Tegarkan Hati




20 Juli 2015, komunitas Skolastikat SCJ Yogyakarta terlihat ramai. Sekitar 400 orang hadir memenuhi ruangan kapel Skolastikat SCJ. Deretan kursi di bagian luar kapel juga ditempati undangan, keluarga para SCJ, dan para biarawan biarawati. Kehadiran mereka tidak lain adalah ikut mendukung dan mendoakan para farter yang akan berprasetya kekal, para frater yang membaharui kaul, dan kelima imam SCJ yang merayakan 25 tahun hidup membiara.
Hari ini menjadi saksi sejarah hidup panggilan kesembilan frater yang menyatakan kebulatan hati mempersembahkan hidup seutuhnya bagi Tuhan. Kesembilan frater yang mengikrarkan kaul kekal adalah Fr. Petrus Cipto Nugroho SCJ, Fr. Hieronimus Indra Sepriandika SCJ, Fr. Bonifasius Juspani Lase SCJ, Fr. Antonius Tugiyatno SCJ, Fr. Florentinus Suryanto SCJ, Fr. Andreas Sudi Novianto SCJ, Fr. Leo Adi Widiangga SCJ, Fr. Bernardus Chandra Wahyudi SCJ, dan Fr. Hendrikus Hendrik Ardiyanto SCJ. Kelima imam yang merayakan 25 tahun hidup membiara adalah Rm. Julianus Sukamto SCJ, Rm. Yoseph Sutrisno Amirullah SCJ, Rm. Antonius Dwi Pramono SCJ, Rm. Robertus Sutopo, SCJ, dan Rm. Christianus Hendrick, SCJ. 


Tepat pukul 9.30 WIB, rombongan misdinar, para imam, misdinar, para frater yang kaul kekal didampingi orang tua memasuki kapel. Lagu pembuka perayaan, “Panggilan Tuhan” mengiringi petugas misdinar, para frater kaul kekal yang didampingi orang tua, dan dan rombongan para imam.  Kehadiran umat, keluarga, para biarawan dan biarawati turut mendukung dan mendorong niat mereka. Perayaan ini dipimpin oleh Rm. Titus Waris Widodo, SCJ, wakil provinsial SCJ Indonesia didampingi Rektor Skolastikat SCJ, Rm. F.X. Tri Priyo Widarto, SCJ, dan Rm. Yulius Sunardi, SCJ.  
“Let Your Heart Not Be Afraid (Luk 5:10)” menjadi tema yang dipilih oleh kesembilan frater ini. Kutipan Injil Lukas di atas menjadi inspirasi bagi kesembilan frater dalam perayaan kaul kekal. Para frater menyadari bahwa perjalanan hidup mereka tidak mulus dan mudah. Ada banyak lubang dan duri yang dialami, ada banyak tantangan yang tak pernah berakhir dialami dalam hidup ini. Tawaran-tawaran dan kenikmatan dunia yang kadang menjanjikan hidup nyaman dan enak, seringkali menjadi bagian dari hidup. Kawatir dan cemas, itulah yang mereka alami. Namun apakah kita harus lemah dan takluk terhadap semua itu? Apakah itu memberikan jaminan hidup abadi? “Segala kerapuhan dan kecemasan akan berakhir hanya di dalam Dia“ tutur Fr. Petrus yang menjalani TOPP di Paroki St. Gregorius Mayang, Jambi.
Selama kurang lebih satu tahun, para frater menjalani orientasi pastoral dan panggilan di paroki (TOPP). Banyak pengalaman dan  tantangan dalam pastoral dan panggilan. Kadang pengalaman-pengalaman itu membuat hidup panggilan mereka semakin teguh namun terkadang hidup seolah kehilangan arah. Meski demikian hal itu menjadi kesempatan semakin memurnikan dan menjernihkan motivasi panggilan. “Banyak kisah dan pengalaman selama TOPP. Seribu satu macam kisah dan pengalaman” tutur Frater Juspani yang menjalani TOPP di Paroki Allah Mahamurah, Pasang Surut.
Prasetya kekal merupakan salah satu tahap yang harus dialami seorang calon dalam proses formatio menjadi biarawan. Tahap ini menjadi pertanda bahwa yang bersangkutan dengan keputusan sadar dan bebas dan secara definitif memilih hidup seutuhnya bagi Tuhan. Tentu keputusan ini diambil setelah seorang pribadi benar-benar merasa siap untuk mempersembahkan diri seutuhnya bagi Tuhan. Persembahan diri itu diungkapkan dalam prasetya kekal untuk hidup menurut ketiga nasihat Injili, yakni kaul kemurnian, kaul kemiskinan, dan kaul ketaatan. Ketiga nasihat Injil ini harus dihayati terus menerus dalam hidup religius yang melambangkan kesetiaan terhadap Kristus. Keyakinan itu pula yang mendorong kesembilan frater ini berani mempersembahkan diri kepada Tuhan.
Dalam homilinya, Rm. Titus, SCJ menegaskan bahwa kita yang hendak membaktikan dan mengikuti Kristus secara definitif, bukanlah orang suci. Kita ini penuh kerapuhan, dosa, tak berdaya. Karena itulah kita dipanggil kepada kesucian hidup melalui penghayatan ketiga kaul hidup membiara. Menjalani panggilan Hidup sebagai seorang Religius semestinya selalu menampakan sukacita. Sukacita yang kita berikan dapat berbuah dan dapat dirasakan dampaknya oleh banyak oleh yang mengalami perjumpaan dengan kita. Sehingga semakin banyak pula orang muda yang tertarik untuk menjadi Biarawan dan Imam”. “Sebagai orang yang lemah, kita juga senantiasa selalu diajak untuk mengandalkan Tuhan sebagai Sumber kekuatan dan tetap memohon kesetiaan dalam menjalani panggilan hidup membiara sebagai biarawan SCJ,” tutur Romo Titus.
Di akhir homili, Rm. Titus mengajak para frater dan romo yang berpesta perak, dan seluruh umat untuk menyadari, memang setiap orang pernah mengalami kekhawatiran,  kecemasan, kegelisahan yang membuat diri tidak nyaman. Pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan semacam itu membuat kita tidak berkembang.  Marilah kita berpikir yang positif dan berusaha dalam hidup kita untuk mengalami transformasi hidup. Sebagai seorang SCJ yang memiliki semangat hati yang terbuka hendakya dapat mewartakan sukacita dimanapun berada. Para anggota SCJ harus berbagi kasih dari hati Yesus sebagai sumber cintakasih untuk melayani sesama sehingga Kerajaan Hati Kudus Yesus makin merajai hati semua orang, ungkap Rm. Titus.
Perayaan ini ditutup dengan ramah tamah pesta kebun (standing party) di halaman Skolastikat SCJ bersama seluruh umat yang hadir. Tembang-tembang keroncong mengiringi santap siang bersama para pestawan dan seluruh umat. Proficiat kepada para frater dan para romo yang berpesta perak hidup membiara. 

oleh fr. Emil SCJ dan fr. Maxi SCJ (Skolastik yang tinggal di Yogyakarta)

1 komentar:

  1. Proficiat kepada para Frater dan Romo. Semoga Allah senantiasa menyertai dan menguatkan engkau dalam hidup membiara. Tuhan Yesus Kristus bersama kita.

    BalasHapus