Rabu, 22 Juli 2015

“Non Mea Voluntas Sed Tua Fiat...”


Kata-kata itulah yang terpampang jelas di tembok belakang altar Gereja St. Pius X Gisting, artinya adalah “Bukan kehendakku, tetapi kehendak-Mulah terjadi...”. Itulah motto yang diangkat oleh ke 15 frater novis SCJ yang pada hari Senin, 20 Juli 2015 mengucapkan kaul yang pertama kalinya. Hari itu menjadi sebuah hari istimewa dan kado istimewa bukan saja bagi SCJ Propinsi Indonesia tapi juga Gereja yang pada tahun ini merayakan Tahun Hidup bakti.

Menjadi lebih istimewa lagi karena perayaan Kaul Pertama para frater SCJ ini dihadiri oleh tiga Uskup, yaitu Uskup Agung Palembang, Mgr. Aluisius Sudarso SCJ, Uskup Tanjungkarang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono, dan Uskup Emeritus, Mgr. Andreas Henrisoesanta SCJ. Perayaan yang biasanya dirayakan di kapel Novisiat St. Yohanes Gisting, kali ini dirayakan di Gereja Paroki St. Pius X Gisting.

Nampak terpampang wajah-wajah gembira, penuh semangat, sekaligus penuh harapan dari ke limabelas anak-anak muda ini. Kebanggaan sekaligus pertanyaan, hendak jadi apa mereka ini kelak, sebab peristiwa ini menjadi sangat istimewa dengan kehadiran 3 Uskup serta begitu banyak umat, keluarga, serta konfrater yang mendukung.   

Dalam kotbahnya, Mgr. Sudarso mengangkat tema yang dipilih oleh para Novis. Kata-kata yang diambil dari doa Yesus ketika mengalami sakrat maut di kebun zaitun. Sudah terbayang dalam diri Yesus penderitaan, salib, dan wafat yang akan dideritaNya, sehingga mengalami pegulatan yang sangat dalam sampai bercucuran keringat darah. Ini lah yang menjadi titik balik dalam hidup Yesus. Tergantung kepada keputusan Yesus pada waktu itu, apakah akan terjadi keselamatan di dunia atau tidak, tergantung apakah Yesus akan menerima atau tidak. Keputusan yang tidak mudah, itulah keputusan yang berat, keputusan yang akan membawa akibat, apakah berkat atau kemalangan. 

Walaupun Yesus mengalami penderitaan luar biasa tak terbayangkan, namun penderitaan itu berhenti sesudah Yesus berdoa kepada BapaNya, kemudian Yesus bangkit dan menghadapi tantangan yang akan dihadapiNya. Inilah mungkin yang menjadi kekuatan yang diambil dalam kebersamaan oleh frater-frater ini dalam menempuh jalan Yesus, yang masuk ke taman Getsmani dalam kegelapan malam itu namun keluar dengan terang sesudah mengatakan, “Bukan kehendakku ya Tuhan, melainkan kehendakMulah yang terjadi...”

Inilah kekuatan iman kita, mengikuti jalan Yesus yang ketika mengalami penderitaan bertemu dengan Bapa, berbicara kepada Bapa, berdoa kepada bapa, berkeluh kesah kepada BapaNya yang kemudian berani mengatakan, “Non Mea Voluntas Sed Tua Fiat...” Kuasa Tuhan hadir di tengah-tengah kita dan meneguhkan serta memberi kekuatan iman kita. Itulah hidup beriman, artinya mengimani bahwa Tuhan membimbing perjalan kita, tetapi untuk itu Yesus memberi contoh, datanglah kepada Bapa, berbicaralah kepada Bapa, berdoalah kepada Bapa juga kalau kita mengalami kegelapan maka kita akan keluar dari kegelapan itu dan menemukan terang karena berdoa kepada Bapa. 

Mgr. Sudarso, juga mengajak para frater untuk bersama-sama mengulangi doa Yesus, dan merenungkan apa sebetulnya yang ada dalam Hati Yesus saat mengucapkan doa itu. “Non Mea Voluntas Sed Tua Fiat...” Yesus dalam doa itu mau mengungkapkan bahwa dia dengan sempurna mempercayai apa yang dikehendaki Bapa. Yesus menyerahkan diri dalam kasih Bapa yang takkan mencelakaan manusia. Memang yang paling berat dalam hidup ini adalah menerima yang tidak bisa dimengerti sebelumnya. Kita manusia tidak mungkin mengerti apa yang akan terjadi tetapi asal kita yakin akan kasih Tuhan maka semuanya akan terjadi seperti yang dikehendaki Tuhan.

Mgr. Sudarso juga mengajak agar kita selalu berjaga dan berdoalah, seperti yang dikatakan Yesus kepada para muridNya. Berjaga berarti bersatu dengan Tuhan yang kita nantikan. Yesus mengajak kita untuk menyapa Tuhan terus menerus bersatu denganNya. Kesadaran akan Tuhan yang hadir itulah yang diharapkan dalam hidup kita nanti. Menyadari kehadiranNya dalam suka dan duka. Itulah cara kita menjadi seroang beriman, yaitu berdoa. Cara menjadi biarawan-biarawati adalah berdoa, cara menjadi imam yang baik adalah berdoa. Berdoa agar kita tidak jatuh dalam pencobaan, sebab dunia sekarang ini seakan-akan memusuhi hidup beriman. 


Kaul para frater ini memberi kesaksian bahwa Tuhan itu dekat. Kedekatan dengan Tuhan itu membawa kedekatan kepada sesama, karena Allah dekat dengan sesama. Oleh karena itu kedekatan hidup religius adalah memberi kesaksian bahwa Tuhan itu dekat. Kaul juga membuat para religius dikhususkan untuk memberi kesaksian dalam Gereja bahwa Tuhan senantiasa menemani dan dekat dengan hidup kita. Sehingga hidup kita akan senantiasa penuh berkat dan kasih karunia Tuhan. 

SCJ Propinsi Indonesia sungguh mengalami berkat melimpah tahun ini, tidak hanya dengan berkat karena ke limabelas frater yang mengikhrarkan kaul pertama, namun juga ke 10 pemudia yang diterima sebagai postulan dan 9 pemuda yang diterima sebagai novis.



Foto-foto bisa Ada lihat di: