Senin, 21 Februari 2011

Temu FKPA Regio DIY-Jateng

Tumbuhkan Keakraban di antara Para Anak Panti Asuhan

Sabtu-Minggu (12-13 Februari 2011) Skolastikat SCJ Yogyakarta dipenuhi oleh anak-anak panti asuhan yang berada di region DIY-Jateng. Mereka mengadakan pertemuan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Forum Kerjasama Panti Asuhan (FKPA) Regio DIY-Jateng. Kegiatan ini diikuti oleh 204 anak dari 16 panti asuhan yang ada di region DIY-Jateng.
Keenambelas panti yang mengikuti pertemuan tersebut adalah: PA Pangrekso Dalem Temanggung, PA St. Maria Ganjuran, PA Marganingsih Lasem, PA Brayat Pinuji Boro, PA Panti Rini Purworejo, PA St. Thomas Ungaran, PA Karuna Putri Solo, PA Karuna Putra Solo, PA Sancta Maria Boro, PA SOS Desa Taruna Banyumanik Semarang, PA St. Thomas Ngawen, PA Taman Bina Anak Bangsa Gunung Kidul, PA RSPA Anak Bangsa YSS Semarang, LPATR Don Bosco Wonosobo, Hellen Keller Yogyakarta, dan SLB Dana Upakara Wonosobo.
Pertemuan ini mengangkat tema “Berjumpa, Bersyukur, Bertumbuh.” Para frater dilibatkan menjadi tim animator sekaligus panitia pertemuan. Aula Skolastikat SCJ dan beberapa ruangan lain dipakai untuk pertemuan ini, khususnya sebagai tempat menginap para peserta. Karena terbatasnya ruangan untuk menginap, garasi sepeda para frater pun ‘disulap’ menjadi ruangan untuk menginap para peserta.
Pertemuan dibuka dengan perayaan Ekaristi di kapel Skolastikat SCJ yang dipimpin oleh Mgr Johannes Pujasumarta, Uskup Agung Semarang. Dalam Ekaristi itu, Bapa Uskup didampingi oleh Rm Luhur Pribadi Pr (Moderator FKPA KAS), Rm Juliwan SCJ (Rektor Skolastikat SCJ), Rm Markus SCJ dan Rm Susanto SCJ (Staf Skolastikat SCJ).
Dalam homilinya, Bapa Uskup menyatakan rasa syukurnya atas keterlibatan Gereja Katolik dalam berbagai macam kegiatan sosial. Panti Asuhan sebagai salah satu bentuk keterlibatan sosial Gereja diharapkan akan semakin dapat menumbuhkan semangat Kristiani dalam diri anak-anak yang ada di dalamnya. “Walaupun tidak semua anak asuh beragama Katolik, namun mereka juga diharapkan bisa berkembang dalam berbagai macam keutamaan,” tegas Mgr Puja.
Suasana keakraban dan kegembiraan nampak dalam diri para peserta pertemuan, terlebih pada saat acara pentas seni yang dilakukan di aula Skolastikat SCJ. Setiap panti asuhan menampilkan atraksi dan kreativitasnya. Pagi harinya, suasana menjadi semakin nampak akrab pada saat para peserta melakukan outbond yang dipandu oleh para frater SCJ. Ada berbagai macam permainan yang dilaksanakan dalam outbond di lingkungan Skolastikat SCJ dan wilayah Klaseman-Sengkan. Melalui berbagai permainan tersebut anak-anak diharapkan semakin saling mengenal satu sama lain dan pada akhirnya mampu saling bekerjasama di antara mereka.
Sementara itu, Sr Yovina OSF, Koordinator FKPA Regio DIY-Jateng berharap agar pertemuan ini juga bisa menjadi tempat bagi para peserta untuk mensyukuri hidup mereka sebagai anak-anak Allah. Ia juga berharap agar acara ini juga semakin mengembangkan tanggungjawab dan kerjasama di antara anak didik Panti Asuhan. (fr st sigit p scj)

Kamis, 17 Februari 2011

Romo Roosman SCJ telah meninggal dunia 15 februari 2011

Romo Husodokaryo, si penjual es itu telah tiada. Beliau di panggil Allah Bapa disurga 15 februari 2011 di RS. Myria RRGN Km.7 Palembang.

Roosman lahir di Metro pada 7 Maret 1942 merupakan putra bungsu dari tujuh bersaudara pasangan Zacharias Saring Karyadinama dan Elizabeth Wantinem, pada waktu itu beralamat di Tempuran No.15b Metro. Sehari sesudah kelahirannya, yaitu tanggal 8 Maret 1942 Roosman kecil dipermandikan di Paroki Hati Kudus Yesus Metro oleh Pastor Boeren SCJ dengan mengambil nama pelindung Santo Stanislaus.

Ketika berusia 11 tahun, tepatnya pada 8 Oktober 1953, di gereja yang sama yaitu paroki Hati Kudus Yesus Metro 8 Oktober 1953 Roosman menerima Sakramen Penguatan.

Pagi sekolah, sore hari sepulang sekolah berjualan es di pasar di sekitar rumahnya, itulah yang ia jalankan selama menimba ilmu sekedar untuk meringankan biaya sekolah sehingga bisa lulus SR Xaverius Metro tahun 1955.

Cita-cita untuk menjadi pastor sudah sejak kecil dan keinginannya itu ia nyatakan dengan melanjutkan pendidikan ke Seminari Santo Paulus tahun 1955 sampai tahun 1962 dan selama pendidikan di Seminari Santo Paulus Palembang mendapat ijasah SMP Negri tahun 1958 dan ijazah SMA Negri tahun 1962.

8 Maret 1961 ketika masih di Seminari Menengah St.Paulus Palembang, ia mengajukan permohonan kepada pater Propinsial “untuk ikut serta memasuki Biara Imam Serikat Hati Kudus yang mana sesuai dengan hasrat dan tjita-tjita panggilanku untuk menjadi Imam ala Conggregatio SCJ”. Permohonan tersebut dikabulkan dan menjalani masa postulat 08-07-1961 dan masa Novisiat 07-09-1961 di Novisiat St.Yohanes Gisting. Kebiasaan menambah nama dan mengganti nama ketika memasuki biara juga ia ikuti juga, yaitu dengan menambah nama Husodokaryo dan mengambil nama biara Alphonsus de Ligouri.

Masa pembinaan di Novisiat diakhiri mengikrarkan kaul pertama pada 08-09-1962 dan melanjutkan studi filsafat dan teologi di Yogyakarta.

Ketika masa pendidikan di Yogyakarta, pada tahun 1965 an dalam situasi tanah air yang tidak menentu, para frater juga mendapatkan tugas giliran ronda malam. Sehingga para frater selain siap siaga dalam hal studi, doa serta ulah sempurna juga tidak lupa ikut mengintegrasikan tenaga alakadarnya kepada masyarakat termasuk juga Frater Roosman.

08-09-1966 di Skolastikat SCJ Yogyakarta mengikrarkan kaul kekal dilanjutkan dengan pelantikan Lektor Akolit oleh Kardinal Darmoyuwono Pr, sedangkan tahbisan diakon ia terima pada 25-08-1971 di Tanjungkarang oleh Mgr.A. Hermelink Gentiaras SCJ

Frater dengan nama lengkap Stanislaus Roosman Husodokaryo SCJ ini ditahbiskan menjadi imam pada 03-12-1971 di Gereja Hati Kudus Yesus Metro oleh Mgr.A.Hermelink Gentiaras SCJ
Semasa hidupnya Romo Roosman, pernah berkarya dalam berbagai bidang karya, antara lain:

01-01-1972  menjadi Guru Seminari menengah St.Paulus Palembang
01-12-1972  melayani stasi-stasi di Paroki Kabar Gembira Kotabumi
01-11-1977  melayani stasi-stasi di Paroki Kristus Raja Tanjungkarang
01-02-1980  melayani stasi-stasi di Paroki St.Paulus Kotagajah
01-04-1980  mendapat kesempatan untuk studi di Roma bersama dengan mengambil    
                 kursus-kursus yang dilaksanakan di Angelicum Universita S.Tomaso Roma
01-10-1981  kembali ke tanah air  selesai studi mendapat tugas baru sebagai Pastor     
                 kepala paroki St.Yusup Pringsewu dan diangkat sebagai Koordinator 
                 Pankat, Panlit dan PanKKS (Komisi Kateketik, Liturgi dan Kitab Suci) keuskupan
25-07-1986  Pindah tugas ke Sidomulyo sebagai pastor paroki
12-01-1988  pindah tugas ke Paroki St.Maria Tugumulyo Musirawas dan menjalankan  
                 tugas pelayanan penyuluhan, bimbingan dan pembinaan kerohanian 
                 keagamaan umat katolik di Kabupaten Musi Rawas khususnya di tempat-
                 tempat transmigran.
30.07.1992  Pindah tugas dari Tugumulyo ke Paroki Hati Kudus Palembang sebagai
                 pastor pembantu dengan tugas lain mengajar Agama di UNSRI dan mengajar
                 bahasa Latin di seminari st Paulus
23-01-1995  Sebagai Pastor Kepala Paroki St.Maria Ratu Rosario Seberang Ulu
05-09-2004  Rumah Damai Dehon dengan tugas pastoral kategorial dan melanjutkan  
                 tugasnya sebagai dosen MDP, mengajar di Seminari dan Ekumene serta
                 Forum Komunikasi antar Umat Beragama.

Tugas ini ia jalankan sampai akhir hidupnya 15 Februari 2011. Selamat jalan Romo Roosman.

Selasa, 01 Februari 2011

Sharing Pengalaman dan Harapan akan Misi SCJ Indonesia

“Embrio Misi: Kilas Balik Pengalaman dan Harapan”

Dalam kesempatan assembly yang lalu (26 Januari 2011), Rm. Agustinus Agus Suyono mendapat kesempatan untuk membagikan pengalamannya selama dia berada di Taiwan, dan menyampaikan harapannya berkaitan dengan rencana pembukaan misi SCJ Indonesia di Taiwan. Berikut adalah sharingnya dalam bentuk tulisan:

“Mgr John Baptist Lee (李克勉主教) – Uskup Hsinchu, Taiwan - pernah mengingatkan para imam dalam salah satu kotbahnya, ”Hendaknya kalian bertutur-kata layaknya seorang imam, berpakaian layaknya seorang imam, dan berperilaku layaknya seorang imam. Ketiga hal ini akan menjaga hidupmu sendiri dan menjadi berkat yang hidup bagi umat yang berada di sekitarmu.” Petikan kotbah ini sangat membekas dalam hati saya, dan saya akui sangat berguna bagi imamat saya dalam pengembaraan di Taiwan seorang diri selama 4 tahun.

Kesaksian yang hidup adalah kesaksian tutur-kata, pakaian, dan perilaku yang utuh sesuai dengan cara hidup religius. Saya juga sadar, tidak ada yang mudah untuk seorang pioneer, tapi saya tidak merasa kecil hati meski kadang terasa lelah, mengingatkan diri sendiri untuk tidak menyerah meski hari-hari berlalu dengan sangat lambat. Semua ini membahagiakan karena saya telah melaksanakan dengan rela hati, dan mengusahakan beragam kondisi yang memaksimalkan tanggung jawab perutusan pribadi dan memberi keuntungan bagi arah pelayanan kongregasi di masa depan.

Bermisi itu suatu kehormatan, juga ketika kita merasa berada dalam posisi yang tidak mungkin untuk itu. Saya juga belajar dan terinspirasi oleh keberanian para misionaris SCJ Belanda di Indonesia yang melewatkan banyak tahun dalam kesulitan fisik, juga dengan pengalaman para misionaris domestik di berbagai tempat dengan tantangan yang khas. Mereka telah menuntaskan jawaban kebutuhan Gereja pada zamannya. Semoga saya bisa menjawab kebutuhan Gereja zaman ini, dan bukan Gereja yang harus menjawab kebutuhan saya; semoga saya bisa menjawab kebutuhan kongregasi, dan bukan kongregasi yang harus menjawab kebutuhan saya.”

巨港,2011年01月26日
蘇約諾神父 [Su Yue Nuo Shen Fu] 

-------------------

“Perutusan South Dakota”

Pada kesempatan yang sama, Rm. Christianus Hendrick juga membagikan pengalamannya sebagai misionaris di Amerika Serikat di tengah orang-orang Indian:

Misi South Dakota ini adalah misi kita bersama, itulah sepotong keyakinan yang saya bawa ketika saya mengatakan ‘YA’ dan memulai misi yang ‘aneh’ ini. Aneh, karena memang kenyataannya rencana dan kehendak Tuhan selalu sulit ditebak. Dan memang rencanaNya sering bukan untuk dimengerti, tetapi untuk diikuti dengan penuh kesetiaan.

Benar bahwa saya adalah orang Indonesia yang pertama yang diutus mengawali perjalanan misi South Dakota ini. Tetapi saya yakin juga bahwa saya bukanlah orang yang terakhir dalam perutusan ini, terbukti SCJ propinsi Indonesia segera mengirim teman berikutnya untuk bersama-sama menjalankan misi perutusan di antara orang-orang Indian ini. Itulah yang memperkuat keyakinan saya bahwa memang ini adalah misi kita bersama, tanggungjawab kita bersama dan perwujudan kepedulian kita bersama akan pelayanan-pelayanan gereja yang mendunia.

Tentu saja dalam kenyataannya keyakinan akan misi bersama ini harus berhadapan dengan kenyataan-kenyataan yang tidak mudah. Suasana penghayatan karya misi yang berbeda dalam konteks propinsi SCJ Amerika, situasi bahasa, budaya, tradisi dan lingkungan yang secara ekstrem berbeda dengan Indonesia; semuanya menuntut untuk “menterjemahkan” pemahaman akan “misi bersama” ini secara lebih konkret dan membumi. Syukurlah bahwa pengalaman-pengalaman masa lalu lebih dari cukup menempa saya untuk menjadi siap akan segala kemungkinan situasi yang menuntut banyak perubahan-perubahan dan adaptasi terhadap banyak hal yang baru di tempat misi yang semula terasa asing ini.

Dalam konteks gereja dan umat di South Dakota yang menuntut suatu bentuk ‘pelayanan perdamaian’, membangun semangat rekonsisiali antar umat, antar budaya, tradisi dan kepercayaan yang memuat ketegangan-ketegangan tertentu; saya mencoba hadir sebagai orang yang diutus untuk mulai pertama-tama berdamai dulu dengan diri sendiri, masa lalu, dunia dulu dan sekarang, bahkan berdamai dengan Allah sendiri yang sering tak terpahami cara-Nya memanggil dan mengutus rasul-rasul-Nya.

Dukungan doa-doa, support dan bentuk keterlibatan apapun dari para konfrater baik di Indonesia maupun di Amerika tentu sangat saya butuhkan. Dan saya sudah merasakannya, sedang mengalaminya dan akan terus menerimanya dalam berbagai bentuk dari para konfrater sekalian. Semoga karya perutusan ini boleh menjadi salah satu bentuk juga persembahan diri saya kepada kongregasi dan gereja setempat. Semoga saya sungguh mampu menjadi pelayan perdamaian bagi dunia dan masyarakat di mana saya diutus.

Oleh: Rm. Christ. Hendrick, SCJ

Paparan Visi-Misi SCJ 2010-2013 dan Misa Perdana

Assembly (Bagian Kedua) – Masih di tanggal 26 Januari 2011, kita mengadakan assembly di Aula Rumah Retret Giri Nugraha. Beberapa hal dapat disimpulkan dari acara tersebut:

1. Visi Misi DPP SCJ Indonesia adalah arah dan tuntunan langkah kita selama tiga tahun ini. Sebagai sebuah tuntunan dan arah, visi dan misi bukanlah milik propinsial dan dewannya saja tetapi adalah milik kita. Visi dan misi menjadi penting agar kita bisa membuat langkah-langkah yang terukur sehingga pada saatnya nanti kita dapat menilai, mengkritisi, dan merefleksi secara lebih objektif. Diharapkan agar dengan refleksi yang baik, kita dapat melanjutkan rencana-rencana berikut secara lebih baik pula.

2. Visi dan misi yang telah dibuat untuk rentang tahun 2010-2013 adalah sintesa dari usulan-usulan, masukan-masukan, refleksi bersama saat assembly tahun 2010 serta harapan-harapan DPP SCJ Indonesia dan para konfrater yang juga diterangi oleh arah hidup kita sebagai kongregasi yang telah dicanangkan dalam Kapitel Propinsi maupun Kapitel Jendral yang lalu.

3. Pater Propinsial memberikan beberapa tekanan untuk beberapa hal yang terdapat dalam visi dan misi kita. Merefleksi kembali dan kemudian membuat penegasan konkrit atas spiritualitas hidup berkomunitas menjadi salah satu hal yang ditekankan di awal pemaparannya. Bagi kita, hidup berkomunitas adalah salah satu perutusan dan spiritualitas kita. Hal ini menjadi hal yang penting sekaligus harus dibangun, dikembangkan dan dijaga dalam hidup bersama kita. Langkah-langkah yang konkrit misalnya: membuat secara rutin dalam komunitas pertemuan bersama, lectio divina, doa bersama dan lainnya. Hal lain yang diusahakan adalah restrukturasi hidup berkomunitas seperti yang telah dijelaskan dalam visi dan misi.

4. Bagian penting yang lain dalam visi-misi adalah usaha dan kesanggupan kita untuk menjawab tuntutan gereja dan masyarakat setempat terhadap kebutuhan konfregasi. Salah satu yang penting yang telah, sedang dan akan kita buat adalah kesanggupan kita untuk mendukung gerakan misi Kongregasi. Dalam acara ini, Rm. Christianus Hendrick, SCJ dan Rm. Agustinus Agus Suyono, SCJ menyampaikan pengalamannya sebagai orang yang diutus berkarya di daerah misi.

Pada pukul 17.00, diadakan Misa Perdana Imam baru didampingi Diakon baru sebagai penutup rangkaian kegiatan assembly. (Sekprop, Fiat Lux – Januari 2011)

Berita dalam gambar: http://picasaweb.google.com/brgatotscj/AssemblySCJ26Januari2011#

Seminar “Pola Hidup Sehat” dan Bedah Buku

Assembly (Bagian Pertama) - Satu hari setelah tahbisan, yaitu tanggal 26 Januari 2011, di Aula Rumah Retret Giri Nugraha – Palembang diadakan rangkaian Seminar dan Bedah Buku. Di pagi hari, mulai pukul 07.30, kita memulai rangkaian acara hari itu dengan seminar seputar pola hidup sehat. Sebagai pembicara dalam acara ini adalah Prof. dr. Hardi Darmawan. Pola hidup sehat sebenarnya merupakan perpaduan keseimbangan antara kesehatan fisik dan psikis. Keseimbangan itu bisa diusahakan dan dijaga dengan pola istirahat yang baik, manajemen stress, pola makan dan pola beraktifitas. Salah satu saran yang kiranya pantas kita buat pula adalah harapan agar kita secara periodik memeriksakan kesehatan kita. Acara seminar kesehatan ditutup sekitar pukul 09.00.

Dalam rangka menggali nilai-nilai perjuangan para perintis Gereja di wilayah Sumatera Bagian Selatan, maka di hari itu pula diadakan bedah buku “Kawanan Kecil di Sumatera Selatan 1848-1942” buah karya Herman Yosep Sunu Endrayanto. Acara melibatkan konfrater SCJ, para suster dari komunitas-komunitas dari dalam maupun dari luar Kodya Palembang, dan beberapa orang awam.

Sejarah bukanlah melulu diisi dengan rangkaian data waktu, tempat dan tokoh. Dibalik semua data itu ternyata ada sebuah kisah panjang akhirnya berujung pada kesadaran bahwa rahmat Allah yang mengutus kita kadang harus melewati peristiwa-peristiwa yang kadang tragis, berat dan melelahkan. Lewat uraian sejarah itu pula, kegigihan para pendahulu kita baik dari SCJ maupun para suster FCh seakan dibangkitkan dan dikobarkan kembali. Yang kita alami sekarang ini adalah buah manis dari keringat dan mungkin darah para pendahulu kita. Kerjasama yang erat dan baik antara kita dan para suster FCh adalah salah satu dari buah para pendahulu kita.

Pembicara dalam acara tersebut adalah Bapak Herman Yosep Sunu Endrayanto, dan sebagai penanggap adalah Sr. Maria Martha, FCh dan P. Nico van Steekelenburg, SCJ. Sementara itu P. C. B. Kusmaryanto, SCJ bertindak sebagai moderator. (SekProp, Fiat Lux – Januari 2011)

Berita dalam gambar: http://picasaweb.google.com/brgatotscj/AssemblySCJ26Januari2011#